Kamis, 02 Juli 2009

Pendidikan Ilmu Sosial

Filsafat sebagai induk dari segala ilmu pengetahuan (Mater, Scientiarum)
Tokoh: Plato, Aristoteles, John Locke, Thomas Hobes, JJ Rousseau
Filsafat ada tiga:
• Filsafat Alam
 Astronomi, Fisika (kosmologi)
 Kimia, Biologi, Geografi (natural sains)
• Filsafat Kejiwaan -> Psikologi
• Filsafat Sosial -> Ilmu-ilmu social

Pendidikan menurut UU No. 20 Tahun 2003 Tentang Sisdiknas, Pasal 1 ayat 1:
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan diri, keprinadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.

Lima Hal yang perlu diperhatikan dalam pendidikan:
1. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik
2. Pendidikan sebagai kegiatan bimbingan
3. Pendidikan sebagai kegiatan pengajaran
4. Pendidikan sebagai kegiatan pelatihan
5. Peran peserta didik

Klein (1989)
Kurikulum adalah suatu substansi sekolah.
Kurikulum sebagai rencana nasional dalam upaya mencapai tujuan pendidikan nasional.
Pendidikan diatas menganut paham Rekonstrukturisme.
Paham reonsrukturisme menghendaki agar pendidikan diarahkan kepada kemampuan atas partisipasi peserta didik di masa yang akan datang.

Ilmu-Ilmu Sosial
Calhoun (1971)
Ilmu-ilmu social sebagai studi tentang tingkah laku kelompok umat manusia (The Study of The Group Behaviour of Human Beings)

Pendidikan ilmu-ilmu sosial:
Pendidikan mengenai disiplin ilmu-ilmu sosial
 SMU/SMK : Tingkat Dasar, masih bersifat permulaan
 Mahasiswa : Kedalaman materi untuk bidang studi
Perbedaan ini akan menyebabkan perbedaan kurikulum.
Dua hal yang diperhatikan dari mahasiswa dalam setiap pengajaran disiplin ilmu:
1. Penguasaan aspek subtansif keilmuan
Penguasaan prosedur penelitian yang dapat digunakan untuk pengembangan teori, generalisasi, dan konsep-konseo fakta.
2. Penguasaan prosedur hedodolis pencarian kebenaran dalam keilmuan itu
Yaitu penguasaan pandangan teori, generalisasi, konsep-konsep fakta.

Bentuk-Bentuk Pendidikan Ilmu Sosial
Ilmu-ilmu sosial:
• Disiplin Ilmu Sosial
Salah satu sumber materi pendidikan, berdiri sendiri.
Misal: Ekonomi, Sejarah, Antropologi, Sosiologi, dll.
• Disiplin Ilmu Sosial
Sumber materi pendidikan
Dibagi menjadi tiga macam pendekatan:
 Pendekatan Terpadu (Mregeted)
 Pendekatan Berhubungan
 Pendekatan Terpisah
1. Pendekatan Terpisah
Yaitu pendekatan dimana sikap disiplin dalam ilmu social diajarkan secara terpisah. Tujuan dan materi pembelajaran dikembangkan dari disiplin ilmu yang bersangkutan.
2. Pendekatan Gabungan
Pendekatan pendidikan ilmu social yang menggabungkan (korelasi) beberapa disiplim ilmu sosial dalam melakukan kajian terhadap suatu pokok bahasan.
3. Pendekatan Multidisiplin
Yaitu pendekatan ilmu social yang menggunakan lebih dari satu disiplin ilmu, tetapi dipertahankan dua kedudukan satu disiplin ilmu terhadap masalah sama denagn kedudukan disiplin ilmu lain.
4. Pendekatan Terpadu
Yaitu pendekatan yang memadukan berbagai disiplin ilmu social sedemikian rupa sehingga batas antara satu disiplin ilmu dengan lainnya sudah tak tampak.

Syntetik Social Scienes
Upaya untuk memadukan berbagai disiplin limu social menjadi suatu disiplin baru.
Pelopornya Bruner dkk dari Universitas Harvard.

Landasan Pendidikan Ilmu Sosial
Guru yang baik adalah guru yang mempunyai wawasan dan kesadaran akan manfaat ilmu yang diajarkan.
Manfaat:
 Pengembangan karier
 Mencari dan menambah pengetahuan
 Penumbuhan keterampilan professional baru
 Perbaikan profesi belajar siswa yang dibimbingnya

Landasan Filosofis Pendidikan
Dasar pandangan seseorang mengenai tujuan yang seharusnya dicapai, materi yang apa yang seharusnya diajarkan, proses belajar apa yang harus dikembangkan dalam upaya mencapai tujuan pendidikan.

Ada tiga macam aliran dalam falsafah kurikulum:
1. Aliran Esensial
Berpandangan agar sekolah menjadi pusat keunggulan pendidikan harus disajikan dalam bentuk keilmuan dan kurikulumnya adalah kurikulum disiplin ilmu.
Tanner dan Tanner (1980)
Intelektualisme adalah tujuan yang paling mendasar dari setiap upaya pandidikan.

2. Aliran Perenialisme
Berpandangan bahwa pendidikan harus diarahkan pada pengembangan intelektual siswa.
Tanner dan Tanner (1980)
Beranggapan bahwa pendidikan harus diarahkan secara eksklusif pada pengembangan intelektual tersebut, harus didasarkan pada studi yang dinamakan Liberal Arts dan buku besar.

3. Aliran Rekonsrukturionis
Berpandangan bahwa pendidikan sebagai wahana untuk mengembangkan kesejateraan social (Tnner dan Tanner).
 Intelektual bukan tujuan yang dikehendaki
 Menyelesaikan problema masyarakat untuk meningkatkan kesejateraan masyarakat jauh lebih penting dari pengembangan intelektualisme keilmuan

Landasan Politis
Untuk Indonesia dihubungkan dengan keputusan formal dalam pendidikan, seperti Pancasila, UUD 45, UU Pendidikan, Peraturan Pemerintah, Keputusan Menteri.
UU Pendidikan No. 20 Tahun 2003
“Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan YME dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, berkepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.”

Tuntutan Masyarakat
Menurut Tyler, (1946), Taba (1963), Tanner dan Tanner (1984):
Tuntutan masyarakat adalah salah satu dasar dalam pengembangan kurikulum.
Pengembangan masyarakat yang pesat selalu membawa dampak bagi kehidupan social, ekonomi, dan budaya. Munculnya nilai dan norma baru yang mungkin dianggap berbeda, bahkan bertentangan dengan apa yang diyakini anggota mayarakat itu sebagai individu ataupun kelompok.

Tujuan Pendidikan Ilmu Sosial
Yaitu mengembangkan kemampuan siswa dalam penguasaan disiplin ilmu social untuk mencapai tujuan ilmu social yang lebih tinggi.

Tujuan pencapaian pendidikan ilmu sosial dikelompokkan dalam 3 kategori:
1. Pengembangan kemampuan intelektual siswa
2. Pengembangan kemampuan serta rasa tanggung jawab sebagai anggota masyarakat dan bangsa
3. Pengembangan diri siswa pribadi

Jenis tujuan ada dua:
1. Tujuan Obyektif, yaitu tujuan yang dicapai dalam 1-2 kali pertemuan kelas atau dapat dicapai dalam 1 satuan pengajaran (satpel).
2. Development Obyektif, yaitu pencapaiannya melalui penguasaan materi yang cukup lama oleh siswa.

Pengetahuan dan Pemahaman
Merupakan tujuan yang paling dasar. Pengetahuan berhubungan dengan kemampuan/daya ingat siswa.
Menurut Triggs (1991)
Seseorang yang belajar IPS harus memiliki pengetahuan dan pemahaman mengenai:
1. Ruang lingkup dan pokok kajian
2. Struktur keilmuan dari setiap disiplin
3. Fakta, konsep, peristiwa yang dianggap penting
4. Pokok pikiran keilmuan
5. Teori yang dianggap penting dan relevan
6. Tokoh yang melahirkan teori
7. Isu penting yang ada di masyarakat

Pengembangan:
Pengembangan afektif adalah tujuan yang berkenaan dengan aspek sikap, nilai, dan moral.
 Sikap
Kecenderungan psikologis seseorang terhadap benda, sifat, keadaan, pekerjaan, dan pendapat. Sikap tercermin dalam pernyataan senang, setuju, sayang.
 Nilai
Sesuatu yang menjadi criteria apakah suatu tindakan pendapat atau hasil kerja itu positif atau negatif. Dasar nilai adalah agama, adat setempat, perjanjian-perjanjian.
 Moral
Kriteria yang menjadi dasar untuk menentukan apakah tindakan, pendapat atau hasil kerja baik/tak baik, boleh/tak boleh dilakukan, apakah nanti merusak akhlak suatu bangsa dan moral adalah sesuatu yang diikuti dengan sanksi moral.

Pengembangan Konatif
Adalah kualitas yang menimbulkan bahwa seseorang tidak hanya memiliki pengetahuan dan pemahaman, kemampuan kognitif yang tinggi, sikap nilai & moral, akan tetapi dia juga memiliki keinginan untuk melaksanakan dan membuktikan dalam kehidupan sehari-hari.
Konatif adalah pelaksanaan yang riil dari apa yang sedang menjadi miliknya.
Tujuan konatif:
1. Penumbuhan sikap dan kehidupan yang religious
2. Melaksanakan tugas social
3. Melaksanakan tanggung jawab pribadi
4. Bekerja keras
5. Jujur
6. Kemauan serta kemampuan untuk beradaptasi

Pengembangan Materi Kurikulum PIS
A. Materi PIS
Materi pendidikan adalah apa yang dipelajari siswa untuk mencapai tujuan pendidikan yakni tujuan kurikulum ilmu social.
1. Teori dan Generalisasi
Teori adalah komposisi yang dihasilkan dari sejumlah pengembangan preposisi/generalisasi yang dianggap memiliki hubungan secara sistematis (Goetz dan Le Comte).
Teori ini dibagi menjadi 4:
a. Grand teori
b. Teori tipe
c. Formal and middle range teori
d. Substantive teori

2. Konsep
Adalah abstraksi kesamaan keterhubungan dari sekelompok benda dan sifat (Bruner:1962)
Kesamaan, adanya unsur yang sama, konkret atau abstrak.
Keterhubungan, adanya hubungan antar berbagai benda atau sifat, konkret maupun abstak, dan terjadi atas dasar pemikiran abstrak.

3. Fakta
Menurut Schunke, fakta adalah building blok yang digunakan untuk mengembangkan konsep dan generalisasi, tanpa fakta tidak akan ada konsep dan tanpa konsep tidak akan ada generalisasi.
Fakta menjadi penopang yang menguji hipotesis, mengembangkan generalisasi dan teori. Fakta juga diperlukan untuk membentuk konsep, konsep dirangkum dalam hipotesa kemudian dikembangkan menjadi generalisasi.

B. Pengorganisasian Materi Kurikulum
Pengorganisasin materi kurikulum dapat dibedakan menjadi dua:
1. Pengorganisasian Terpisah
Adalah setiap disiplin ilmu social yang diajarkan secara terpisah berdasarkan cirri dan karakterisrik masing-masing.
Keuntungan:
 Siswa belajar seutuhnya terpusat hanya pada satu disiplin ilmu saja.
Kelemahan:
 Menjadikan pendidikan ilmu social sebagai suatu pendidikan yang hanya mementingkan kepentingan disiplim ilmu.

2. Pengorganisasian Korelatif
Metode pendidikannya adalah mencoba mencari pembahasan, keterkaitan, arti pokok bahasannya dengan pokok bahasan lainnya.

C. Pengajaran Pengetahuan dan Pemahaman Dalam PIS
Pengajaran Pengetahuan dan Mnemonic
Pengetahuan adalah sesuatu yang dilakukan dengan cara mengingat atau mengambil kembali apa yang sudah ada dalam pikiran seseorang tentang suatu pokok pikiran, materi atau fenomena.
Pengetahuan terdiri atas pengetahuan istilah, fakta, tentang cara berhubungan.

Pengajaran Berfikir Dalam PIS
Kemampuan berfikir digunakan untuk memecahkan masalah melalui pemanfaatan pengetahuan pemahaman, dan keterampilan.
Kegiatan berfikir meliputi proses:
 menentukan hukum sebab-akibat
 pemberian makna terhadap sesuatu yang baru
 mendeteksi keteraturan diantara fenomena yang ada
 penentuan kualifikasi
 menentukan ciri khas fenomena

Pengajaran pendidikan ilmu sosial dapat dilakukan melalui studi kasus, isu-isu kontroversial, dan konsep.

Kemampuan Proses dalam PIS
Kemampuan proses adalah kemampuan seseorang dalam mendapat informasi, mengolah informasi, menggunakan informasi, serta mengkomunikasikan hasilnya.
Kemampuan proses yang bisa dikembangkan meliputi:
 mengumpulkan informasi
 mengolah informasi
 memanfaatkan
 mengkomunikasikan hasil
Bentuk pengajaran kemampuan proses
 Pengajaran ilmu sosial dengan problem solving (pemecahan masalah)
Bermanfaat dalam kemampuan mengambil keputusan berdasarkan alternatif yang ada.
Langkahnya:
 Mengidentifikasi masalah
 Pengembangan alternatif
 Pengumpulan data untuk menguji alternatif
 Pengujian alternatif
 Pengambilan keputusan

 Pengajaran ilmu sosial dengan inkuiri
Berdasarkan masalah yang ada dalam disiplin ilmu, bukan pada masalah sehari-hari.
Langkahnya:
 Perumusan masalah
 Pengembangan hipotesis
 Pengumpulan data
 Pengolahan data
 Pengujian hipotesis
 Penarikan kesimpulan

Pengajaran Nilai dalam PIS
Model pengajarannya:
 Role Playing (Bermain Peran)
Yaitu suatu proses belajar dimana siswa melakukan sesuatu yang dilakukan orang lain. Bermain peran merupakan model pengajaran untuk mengembangkan sikap, nilai, moral pada diri siswa melalui peran yang dimainkannya.
 Drama social (Sosio Drama)
Ruang lingkup sosio drama hanya membatasi diri pada permasalahan yang berkenaan dengan aspek social dalam masyarakat. Sosio drama merupakan model pengajaran untuk mengembangkan sikap, nilai, dan moral melaui peran social yang dimainkannya dalam suatu peristiwa social.

Perencanaan Pengajaran PIS
Dalam pengajaran PIS ada faktor-faktor yang yang terlibat, salah satunya adalah guru. Guru sangat berperan dalam menghasilkan siswa. Selaim itu ada faktor lain yang juga berpengaruh, yaitu faktor nonteknis.

Faktor nonteknis meliputi:
 Kemampuan siswa
 Keyakinan diri guru sebagai pendidik
 Kreatifitas guru
 Kecintaan guru terhadap disiplin ilmu yang diajarkannya
Aspek nonteknis guru adalah aspek yang berkaitan dengan unsur-unsur afeksi keproifesionalan seorang guru. Aspek yang paling menonjol adalah motivasi, rasa tanggung jawab, kesadaran profesi, serta keinginan untuk melaksanakan profesi sebaik-baiknya.

Evaluasi PIS
Tujuan dan fungsi evaluasi:
Untuk menentukan tingkat keberhasilan yang telah dicapai dalam suatu kegiatan pendidikan (fungsi sumatif).
Untuk mengetahui keunggulan serta kelemahan siswa atau kelemahan suatu proses (fungsi formatif).

Alat Evaluasi:
Tes
Laporan tugas siswa
Catatan/observasi guru/catatan siswa
Wawancara